Rabu, 20 Mei 2009

ARMINIAN ATAU CALVINIS?

Dari dulu aliran Calvin dengan aliran Arminian saling bertolak belakang, khususnya dalam hal predestinasi dengan kehendak bebas. Masing-masing memiliki keyakinan yang sama-sama mengklaim diri mempunyai dasar kebenaran Alkitabiah.

Forum-forum diskusi yang diharapkan dapat mencapai titik temu pemahaman keselamatan yang selaras dengan Alkitab, seringkali menjadi lahan pertempuran dan perbantahan. Akhirnya kedua aliran saling serang menyerang, dengan pendukungnya masing-masing, termasuk aliran-aliran turunan dari kedua aliran besar tersebut.

Kaum Arminian tidak dapat menerima paham Calvin khususnya mengenai keselamatan seseorang itu ditentukan Allah, dan mulai membeberkan kelemahan2 teori Calvin. Kaum Calvin membantah dan mengatakan serangan-serangan Arminian terhadap Calvinisme sama sekali tidak mendasar dan dipenuhi dengan ketidakpengertian kaum Arminian terhadap konsep aliran Calvin. Kemudian mereka berbalik menyerang dan membongkar kelemahan teori Arminian yang mengutamakan kehendak bebas manusia untuk memilih menerima keselamatan atau mengabaikan keselamatan. Seru sekali, masing-masing mempunyai ayat pembenar dan ayat penyerang. Ironis memang, Alkitab yang sama, ayat yang seharusnya saling sinkron dan tidak bertentangan satu sama lain, dalam sebuah buku yang paling sempurna, ternyata dipakai untuk saling menyerang.



Di satu sisi, adalah baik untuk saling memberitakan kebenaran (atau setidaknya apa yang dianggap benar), dengan tujuan saling mengingatkan. Kemudian saling menguji, dan akhirnya bisa memperoleh kebenaran yang paling hakiki dan Alkitabiah. Tetapi di sisi lain, perbantahan semacam ini bisa jadi akan merugikan para pihak, dan bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain, terutama karena adanya perasaan jumawa bahwa dirinya dan pahamnya masing-masing itulah yang paling benar, dan tidak jarang diskusi semacam ini dipenuhi dengan umpatan atau kata-kata kasar yang sama sekali tidak mencerminkan etika kekristenan.

Seseorang meninggal tanpa mau bertobat sama sekali sekalipun sudah mendengar kabar tentang Yesus Kristus. Menurut Calvinis, hal itu memang sudah ditentukan Tuhan, bahwa orang tersebut tidak terpilih. Tentang hal ini Arminian mengatakan, orang itu sendiri tidak mau memakai kesempatan untuk diselamatkan, dan ini karena kehendak bebas manusia untuk menerima atau menolak keselamatan. Tetapi, apa guna perbantahan ini, toh orang itu sama-sama meninggal dan tidak selamat.

Seseorang yang lain meninggal dalam suasana yang penuh damai dan dalam imannya kepada Yesus Kristus. Menurut Arminian, ini karena orang itu telah menerima keselamatan dari Tuhan dan tetap memelihara keselamatannya dengan baik. Menurut Calvinis, orang ini memang sudah ditentukan dan dipilih Allah untuk selamat. Mana yang benar, tidak ada masalah bukan? Toh orangnya meninggal dan diselamatkan.

Seorang lagi, pernah bertobat dan kemudian murtad, meninggalkan imannya hingga waktu meninggal. Menurut Calvinis, orang tersebut belum pernah selamat, pertobatannya memang sejak semula bukanlah suatu pertobatan yang sejati (kalau pertobatannya benar, pasti selamat, dan tidak akan murtad), jadi tidak terpilih untuk diselamatkan. Menurut Arminian, orang itu tidak selamat karena tidak memelihara keselamatannya, dan memilih kembali ke hidup lama, ke jalan lebar sebagai konsekuensi kehendak bebas manusia hingga akhirnya binasa.

Kurang lebih seperti itulah analisa dari masing-masing aliran terhadap kasus-kasus di atas. Menurut Anda, manakah yang benar? Menurut Anda, apakah pendapat-pendapat dari masing-masing aliran dalam menanggapi kasus-kasus di atas, AKAN IKUT MENENTUKAN KESELAMATAN DARI YANG BERSANGKUTAN? Saya kira tidak demikian.

Bukankah saat seseorang bertobat, ia sedang memperoleh anugerah keselamatan seperti diyakini oleh Calvinisme yang mementingkan anugerah? Apakah Arminian dapat menyangkal hal ini?

Dan ketika ia mulai hidup dalam kebenaran Firman, melakukan yang diperintahkan Firman dan menjauhi laranganNya, bukankah ia sedang bertumbuh dalam rohaninya, dan ia sedang memeliharakan keselamatannya, sebagaimana dimaksud oleh Arminian? Apakah kaum Calvinis setelah menerima anugerah keselamatan (baca : Yesus Kristus) kemudian tidak melakukan Firman Tuhan? Saya kira tidak demikian. Kesemuanya itu (ANUGERAH dan MELAKUKAN FIRMAN) perlu untuk menuju pada keselamatan kekal. 

Untuk orang-orang yang tidak selamat oleh karena pada akhir hidupnya ia tidak bertobat sungguh-sungguh, bukankah ia memang tidak memenuhi kualifikasi kaum terpilih dari Allah untuk turut menikmati kesukaan kekal, sebagaimana diungkapkan Calvinis, dan juga sekaligus ia memilih untuk tidak hidup dalam jalan sempit untuk memelihara keselamatannya sebagaimana diungkapkan Arminian?

Apakah dengan memegang prinsip sekali selamat tetap selamat dari Calvin kemudian berarti akan hidup sembarangan, serampangan? Tidak mungkin Calvin bermaksud demikian! (Memang bagi orang yang tidak sungguh-sungguh dan kurang berhikmat atau kurang menghargai pengorbanan Tuhan, pengajaran sekali selamat tetap selamat ini berbahaya, bisa disalahartikan sebagai alasan pembenar untuk berbuat menyimpang (berdosa), toh sekali selamat tetap selamat.)

Ataukah dengan memegang prinsip kehendak bebas Arminian kemudian berarti menempatkan keselamatan sebagai suatu usaha manusiawi dan menghilangkan besarnya anugerah keselamatan? Tidak demikian maksud dari Arminius! (Ajaran kehendak bebas ini berkaitan dengan pemeliharaan keselamatan, yang mengajarkan supaya manusia berbuat baik dalam mempertahankan keselamatannya, dan bagi sebagian orang disalah mengerti bahwa dengan perbuatan baik, manusia dapat selamat.)

Lalu bagaimana? Yang pasti, iman seseorang pada akhir hidupnya itu sangat menentukan. Karena itu jangan tinggalkan imanmu pada sang juru selamat dunia dan hiduplah menurut Firman Tuhan, tidak ada yang menentang hal-hal ini.

Dari uraian-uraian di atas, olehlah saya berkesimpulan bahwa kedua ajaran memiliki dasar keselamatan yang sama, yaitu di dalam Yesus Kristus atau bagi sebagian orang menyebut namaNya sebagai Yeshua Hamasiakh, dan sekalipun penafsiran atau penganalisaan terhadap keselamatan dari masing-masing kubu dapat membuat tanggapan atau reaksi yang berbeda pada orang-orang yang mendengarnya, tetapi yang lebih menentukan adalah keadaan iman pada akhir hidup seseorang, apapun itu alasan dan analisanya, Calvinis ataupun Arminian.

Memang sebagian orang, lebih suka untuk berbantah-bantah dan memaksakan prinsip bahwa perbedaan aliran itu menentukan sikap dan tindakan seseorang dalam merespon keselamatannya, sehingga penting menurut mereka untuk mengajarkan supaya memilih salah satu aliran.

Tidak ada pembelajaran yang sempurna, demikian juga tulisan ini, tetapi mari kita sama-sama terus untuk belajar. Menurut saya, paham apapun yang diyakini benar, asalkan kita telah menerima Yesus Kristus dan kemudian mentaati perintahNya dan menjauhi laranganNya, kita akan terpelihara dalam keselamatanNya. Semoga dapat menjadi berkat.

Out of Darkness

Tidak ada komentar:

Posting Komentar